Senin, 21 Desember 2009

Ampunan Allah Lebih Besar Dari Dosa


Dikisahkan bahwa pada zaman Nabi Musa AS ada seorang laki-laki yang tidak bisa bertobat dengan baik. Setiap kali bertobat setelah itu ia berbuat kejahatan lagi. Hal itu berlangsung selama dua puluh tahun. Allah SWT mewahyukan kepada Musa AS, “katakan kepada hamba Ku si Fulan bahwa aku murka kepadanya.

Lalu Musa AS menyampaikan risalah itu kepada orang tersebut, orang itu bersedih dan pergi ketengah gurun sahara sambil berkata, “wahai Tuhan ku, telah habiskah rahmat Mu? Ataukah kemaksiatan ku telah merugikan-Mu atau Engkau kikir kepada hamba-hamba-Mu? Adakah dosa yang besarnya melebihi ampunan-Mu? Padahal kemurahan adalah termasuk sifat-sifat-Mu yang qadim. Adapun ketercelaan adalah termasuk sifat-sifat ku yang lahir kemudian. Apakah sifat ku telah mengalahkan sifat-Mu? Jika Engkau tutupkan tirai rahmat-Mu dari hamba-hamba-Mu, kepada siapa lagi mereka berharap? Jika Engkau usir mereka, kepada siapa lagi mereka datang? Wahai Tuhan ku, jika telah habis rahmat-Mu, pastilah aku mendapatkan siksaan. Sampaikanlah kepada semua hamba-hamba-Mu bahwa aku telah menebus mereka dengan diri ku."

Allah SWT berfirman, “wahai Musa AS, pergilah kepadanya dan katakan, `kalaupun dosa-dosa mu banyaknya sepenuh bumi, niscaya Aku mengampuninya setelah engkau mengenal akan kesempurnaan kekuasaan, ampunan dan rahmat-Ku.”

Diriwayatkan bahwa seorang nabi diantara para nabi melakukan dosa. Karena itu, Allah mewahyukan kepadanya, “Demi keagungan-Ku, kalau engkau mengulanginya, niscaya Aku mengadzabmu.” Dia berkata, “Tuhanku, Engkau adalah Engkau (Tuhan) dan aku adalah aku (manusia). Demi keagungan-Mu, jika Engkau tidak memelihara diri ku, niscaya aku mengulanginya,” maka Allah SWT memelihara dirinya.

Diambil dari Buku “Mukasyafah Al-Qulub, Bening Hati dengan Ilmu Tasawuf” Karya Imam Al-Ghazali. Penerbit Marja`. Agustus 2003.

1 komentar:

NIN mengatakan...

Ampunan Alloh SWT, memang dan pasti lebih besar dari perbuatan dosa yang telah dilakukan hamba-hambaNya. Namun kita tidaklah boleh menjadikan hal tersebut sebagai legitimasi untuk terus berada di lumpur dosa walau dengan dalih apapun. Teruslah berusaha untuk berada di jalur yang telah ditentukan Alloh supaya kita, manusia, tetaplah menjadi manusia, bukan berubah menjadi makhluk lainnya... (Good Article ===> Salam Kenal NIN)