Selasa, 17 Juni 2008

Beberapa Adab Penting Dalam Pergaulan

2. Adab Bergaul Dengan Orang Fakir

Orang fakir hendaklah lebih didahulukan, baik ketika sedang makan, minum, di dalam sebuah majelis, dan lain-lain. Janganlah sekali-kali merasa lebih baik darinya sehingga bersikap seperti meremehkannya.

Diriwayatkan bahwa Ahmad ibn Isa berkata, “saya telah berteman dengan orang-orang fakir selama tiga puluh tahun, dan tidak pernah sekalipun aku mengucapkan kata-kata yang menyakiti mereka dan tidak pernah terjadi perselisihan diantara kami.” Taatkala ditanyakan sebabnya kepadanya, ia menjawab, “Sebab aku selalu menganggap mereka sama seperti diriku, dan jika bertemu dengan mereka, aku selalu bermuka manis dan ceria kepada mereka. Saya selalu menghormati mereka dan memperlakukan mereka dengan baik.”

Bersikap dengan baik terhadap orang-orang fakir, dan membantu meringankan beban mereka dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, akan mendatangkan berkah dan kasih sayang dari Allah SWT, dan akan menjadikan pelakunya menjadi ahli dalam berkhidmah kepada orang-orang fakir. Sebab, orang-orang fakir yang shaleh adalah keluarga dan kekasih Allah, sehingga membantu mereka berarti membantu keluarga dan kekasih Allah. Sama halnya dengan orang yang menghafalkan isi Al-Qur`an disebut dengan ahli Al-Qur`an, sebagaimana Rasulullah Saw, dalam sebuah sabdanya, berkata, “Ahli Al-Qur`an adalah keluarga dan kekasih Allah. Maka ahli Al-Qur`an adalah orang yang mengamalkan isinya, bukan sekedar membacanya.” Beliau Saw juga bersabda, “tidaklah beriman kepada Al-Qur`an orang yang menghalalkan apa-apa yang diharamkannya.

Janganlah sampai orang fakir menjadi enggan untuk meminjam sesuatu (berhutang) kepadamu.


Jika ia meminjam atau berhutang kepadamu, maka anggaplah itu bukan hutang, melainkan sebagai pemberian saja. Dan janganlah memberitahukan niatmu itu kepadanya pada saat itu juga, melainkan beberapa hari setelah itu, agar ia tidak merasa segan atau malu kepadamu.

Hendaklah pandai-pandai menjaga hatinya dengan menyegerakan keinginannya, tanpa mengulur-ulur waktu sehingga mereka harus menunggu lama. Bersabarlah mendengar keluhannya, dan hadapilah ia dengan cara yang ramah sehingga mereka dapat menyampaikan apa yang ia inginkan. Jangan sekali-kali bermuka masam padanya, apalagi sampai mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaannya.

Andaikan permintaannya tidak dapat engkau penuhi saat itu, maka janganlah langsung engkau tolak begitu saja, melainkan usahakanlah terlebih dahulu untuk mecarikan jalan keluarnya, jika memungkinkan. Jika tidak, maka pandai-pandailah menyatakannya. Sikap kasar dan masa bodoh darimu hanyalah akan menimbulkan rasa penyesalan pada dirinya lantaran ia telah terlanjur mengungkapkan rahasianya padamu. Ia juga akan merasa terhina dihadapanmu, lalu menjadi benci. Dan boleh jadi saja imannya menjadi lemah karenanya, dimana ia sampai merasa kecewa terhadap Allah SWT yang telah menakdirkan kefakiran terhadap dirinya, dan akhirnya timbul niat-niat yang tidak baik pada dirinya. Engkaupun tentunya akan mendapat dosa juga karenanya, jika memang engkaulah yang menjadi penyebabnya.

Sebaliknya, sekiranya engkau bersikap baik kepadanya, boleh jadi kebaikanmu itu akan mendatangkan mamfaat yang besar bagi dirinya, dimana melalui pertolonganmu itu keadaannya menjadi berubah kepada yang lebih baik, dan itupun merupakan pahala bagimu.

Diambil dari buku “Wasiat terbesar sang guru besar / asy-Syaikh ‘abdul Qadir al-jilani” dengan judul asli “Al-Ghuniyyah li Thalibi Thariq al-Haq”.
Penerjemah, Abad Badruzzaman & Nunu Burhanuddin;
penyunting Tim Sahara

3 komentar:

Kang Boim mengatakan...

wah kalau untuk pergaulan gw kiblatnya ama AA gym aj ...lupa nh...udh aga comment dr wong alit belum...ya

roxyfoxy_84 mengatakan...

selama ini oping klo mu ngasih suka milih2 (yg udah tua biasanya). trus temen bilang gini: kita hidup dengan apa yang kita beri. klo kita niat ngasih ya ngasih aja, ga usah liat siapa orangnya.

Anonim mengatakan...

Artikel yang bagus mas, thanks ya.